Klaten -   Warga lereng Merapi di daerah Klaten hingga Senin (25/10.2010) siang  masih belum mendapat perintah segera mengungsi. Mereka juga terlihat  enggan meninggalkan kampung halamannya untuk mengungsi. Alasannya,  mereka trauma dengan peristiwa pengungsian tahun 2006 yang sangat  merugikan warga.
Musiyem warga Deles, Kemalang, Klaten, Senin  siang masih melakukan aktivitas seperti biasa. Dia tetap mencarikan  rumput untuk ketiga ekor sapi piaraannya. Sapi itu telah dipiara dan  dibesarkannya selama empat tahun terakhir, tepatnya pasca erupsi Merapi  tahun 2006.
Saat itu seluruh warga di kampungnya dipaksa  mengungsi dari rumah karena ancaman bahaya Merapi. Mereka mengungsi di  tenda pengungsian yang disediakan pemerintah di lapangan Desa Dompol,  Kemalang, Klaten.
Namun hingga pengungsian berakhir desa Deles  memang tidak terkena muntahan lahar, paling parah hanya terkena hujan  abu. Kawasan tersebut terlindungi oleh salah satu bukit anak Merapi yang  oleh warga biasa disebut Gunung Biyung Bibi. Anak gunung ibarat tameng  dari bencana Merapi bagi warga Kemalang secara turun-temurun.
Padahal  karena harus mengungsi dan hanya orang yang disediakan tempat  pengungsian, akhirnya seluruh ternaknya dijual secara murah. Tanaman di  lahan garapan juga terbengkelai karena tak dirawat.
"Belum lagi  perlakukan saat di pengungsian. Makannya susah, pulangnya juga tidak  diberi modal apapun. Saat itu kami pulang sudah layaknya gelandangan  saja. Tidak punya apa-apa. Sampai di rumah juga harus mulai dari awal  lagi. Setelah empat tahun, kini kami sudah punya tiga ekor sapi lagi,"  papar Musiyem.
Karenanya dia terus menghindar saat ditanya apakah  dia akan ikut mengungsi jika nantinya Pemkab Klaten memerintahkan  pengosongan kawasan hunian yang dianggap berbahaya terkena letusan  Merapi. Dari pandangan dan ekspresinya kelihatan sekali dia tidak senang  meninggalkan rumahnya untuk mengungsi.
Jawaban lebih jelas  disampaikan Martono, warga dusun Pajegan, Desa Tegalmulyo, Kemalang.  Pajegan adalah salah satu kawasan hunian tertinggi di lereng Merapi  daerah Klaten. Lokasi hunian itu hanya berjarak 2 kilometer dari puncak  Merapi. Tahun 2006 lokasi tersebut terselamatkan oleh bukit Biyung Bibi  dari semburan awan panas Merapi.
"Daerah kami selama ini selalu  aman dari bahaya Merapi. Kami yakin tahun inipun pemukiman kami aman.  Namun jika diminta mengungsi, kami akan mematuhi perintah itu. Hanya  saja harapan kami, bukan hanya manusia saja yang diungsikan, tolong  hewan piaraan juga diberi tempat untuk di pengungsian." papar Martono  yang saat ini memiliki lima ekor sapi dan beberapa ekor kambing.
Martono  mengatakan, hewan ternak adalah harta kekayaan warga di pedesaan. Warga  tidak mungkin nyaman di pengungsian selama hewan ternaknya tetap berada  di pemukiman. Padahal lokasi rumah dengan lokasi pengungsian sangat  jauh. Jika pemerintah tidak diperhatikan masalah tersebut maka  pemerintah justru dinilai menelantarkan nasib warga.