Berkah Kekeluargaan di Tengah Kesusahan

Jumat, 12 November 2010


Jakarta - Tidak semua pengungsian korban letusan Gunung Merapi dikelola PMI atau BNPB. Pengungsian di Cawan, Klaten, misalnya. Para penghuninya mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari secara mandiri dan dibantu warga sekitar.

Pengungsian yang berisi 50-an orang itu bukan berupa tenda, bangunan barak, gedung balai desa atau sekolah. Puluhan orang pengungsi korban letusan Merapi ditampung di tempat tinggal warga desa yang penuh rasa kekeluargaan.

Para pengungsi berasal dari desa Jengglong (Klaten), Jemowo dan Tritis (Boyolali). Jarak tiga desa itu dari puncak Gunung Merapi, sekitar 15km.

"Waktu itu ada suara gludhuk-gludhuk (gemuruh) dari gunung, kami takut tapi nggak tahu harus ke mana. Wis pokoke nggungsi, sing penting selamet (pokoknya cepat mengungsi agar selamat)," ujar Sarmini kepada detikcom.

Sarmini dan keluarganya yang berasal dari desa Tritis, ditampung di kediaman Ahmad. Ahmad adalah pengurus masjid desa Cawan yang semula jadi tempat beristirahat para pengungsi di tengah perjalanannya menyelamatkan diri dari ancaman letusan Merapi.

"Pertama cuma kami yang istirahat di sini, eh... nggak lama yang berhenti di sini jadi banyak," papar Sarmini.

Menjelang saat sholat Subuh, Ahmad datang ke masjid dan kemudian menawarkan untuk tinggal di rumahnya. Tentu tidak semua bisa tinggal di rumah Ahmad, sebagian lagi tinggal di rumah-rumah warga lain yang juga bersedia menampung.

“Yo mosok semua mau di sini, kan juga ga cukup. Jadi saya sebar ke beberapa rumah warga lainnya," ungkap Ahmad.

Sejauh ini ada tiga rumah warga yang dijadikan tempat pengungsian. Bahkan di dalam rombongan pengungsi tersebut juga terdapat 14 ekor sapi yang dijemput pemiliknya sehari setelah tiba di desa Cawan.

Untuk biasa hidup pengungsi dibantu oleh dana kas masjid, bukan dari bantuan BNPM, PMI atau pemerintah. Keseharian pengungsi diisi dengan kegiatan yang tidak jauh berbeda dibandingkan kegiatan mereka di rumah.

“Kalo makan, ya masak bareng-bareng. Bapak-bapak juga cari rumput,” ujar Sarmini.

Adanya kegiatan yang dilakukan secara mandisi seperti demikian, justru membuat pengungsi merasa lebih baik. Selain tidak membosankan dan jadi akrab dengan warga sekitar, juga tidak mengandalkan sekedar bantuan dari pihak lain.

“Rasane koyo neng omah dhewe (rasanya kayak di rumah sendiri). Ora bosen mung (cuma) nunggu bantuan orang. Ben ra kakehan ngrepoti, wong wis numpang (biar tidak terlalu merepotkan, kan sudah menumpang),” imbuh Tarjo, salah satu pengungsi dari Jemowo.

Pengikut

 
 
 

SMS Gratis

BLog Dicky Widget

Chat Online Blogger

Info My Blog

free counters The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku online counter My Popularity (by popuri.us) Internet blogs